Sejarah Berdirinya Trenggalek
3 Apr 2015
Tambah Komentar
Sebelum ditemukan
sumber yang bersifat tertulis maka suatu daerah itu pasti mengalami masa prasejarah.
Sedangkan di Trenggalek jaman sejarah akan ditandai dengan adanya prasasti yang
pertama kalinya muncul berbentuk Prasati Kampak atau dikenal dengan namanya
Perdikan Kampak. Pada jaman Prasejarah, Trenggalek telah dihuni oleh manusia
dengan bukti ditemu kannya benda-benda
yang merupakan hasil jaman Nirloka. Dari hasil penelitian serta lokasi benda
benda prasejarah tadi dapatlah direkontruksikan, perjalanan manusia-manusia
pemula di daerah Trenggalek itu dalam beberapa jalur, yaitu :
1. Jalur Pertama, dari Pacitan menuju Panggul
perjalanan diteruskan ke Dongko, dari Dongko menuju ke Pule kemudian menuju ke
Karangan dari sini dengan menyusuri sungai Ngasinan menuju ke Durenan.Kemudian
manusia – manusia Purba Trenggalek itu melanjutkan perjalanan ke wajak daerah
Tulungagung.
2. Jalur Kedua, berangkat dari Pacitan ke Panggul
menuju Dongko, melalui tanjakan ngerdani turun ke daerah Kampak laju ke
Gandusari, dari sini perjalanan dilanjutkan ke Tulungagung.
3. Jalur Ketiga, berangkat dari Pacitan menuju Panggul
menyusuri tepi Samudra Indonesia menuju Munjungan, di teruskan ke Prigi lalu Ke
Wajak.
Demikian
rekontruksi perjalanan manusia – manusia pra sejarah yang berlangsung bolak
balik antara Pacitan dengan Wajak. Jalur-jalur perjalanan tersebut dapat
dibuktikan dengan ditemukannya artefak jaman batu besar seperti, menir, mortar,
batu saji, batu dakon, palinggih batu, lumpang batu dan sebagainya. Yang
kesemuanya benda benda tadi tersebar didaerah daerah bekas jalur jalur lalu
lintas mereka itu. HR VAN HEEKEREN menyatakan bahwa homowajakensis (manusia
purba wajak) hidup pada masa Plestosin atas, sedangkan peninggalan Pacitan
berkisar antara 8.000 sampai 35.000 tahun yang lalu.Akibatnya masa megaliticum
atau masa neoliticum itulah yang meliputi daerah Trenggalek purba. Satu hal
yang perlu dicatat disini bahwa manusia – manusia Trenggalek pada waktu itu
dapat direkontruksikan lebih tua jika dibandingkan manusia wajak dan lebih muda
dibanding dengan manusia – manusia Sampung Ponorogo.
Mengingat masa itu
masyarakat sudah mengenal pertanian, maka dari segi sosial, masyarakat tadi
sudah mengenal struktur atau stratifikasi sosial walaupun dalam bentuk sangat
sederhana. Sedangkan masalah perekonomian dan kebudayaan telah pula mereka
kenal dan mereka anut serta dikerjakan oleh masyarakat pendukungnya.
Berakhirnya masa prasejarah berarti mulainya masa sejarah dimana tulisan mulai
dikenal pada saat itu. Untuk itu Perdikan Kampak merupakan tonggak sejarah
Kabupaten Trenggalek yang tak dapat diabaikan. Lahirnya perdikan kampak
ditandai dengan adanya prasasti kampak yang dibuat oleh Raja Sindok pada tahun
851 syaka atau 929 Masehi. Dari prasati itu dapat diketahui bahwa Trenggalek
pada masa itu sudah memiliki daerah daerah yang mendapatkan hak otonomi atau
swantara lebih jelas lagi diketengahkan bahwa Perdikan Kampak berbatasan dengan
mahasamudera (Samudera Indonesia ) disebelah selatan yang pada waktu itu
wilayahnya meliputi Panggul, Munjungan dan Prigi. Selanjutnya disinggung pula
daerah Dawuhan yang sekarang daerah ini juga masih dapat dijumpai di
Trenggalek. Setelah masa Mpu Sindok dengan melalui masa Raja Dharmawangsa
lahirlah di Jawa Timur kerajaan Kahuripan yang diperintah oleh Raja Airlangga.
Hanya sayangnya pada masa ini tidak banyak diketahui kesejarahannya,
dikarenakan tidak ditemuinya data atau mungkin belum ditemukannya data tentang
masa tersebut.
Namun tidak bisa
disangkal bahwa wilayah Trenggalek termasuk dalam kawasan Kahuripan yang
kemudian berkesinambungan menjadi wilayah kerajaan Kediri. Dari jaman Kediri
hanya ada beberapa hal yang dapat dicatat, utamanya pada masa ini munculnya
prasasti Kamulan yang terletak di Desa Kamulan Kecamatan Durenan Kabupaten
Trenggalek.
Bertolak dari
prasasti Kamulan dapatlah diajukan suatu masa lahirnya Perdikan Kamulan. Di
dalam prasasti Kamulan dicantumkan tahun pembuatannya yaitu tahun 1116 caka
atau tahun 1194 masehi. Prasasti tadi dikeluarkan oleh Raja Sarweswara
Trikramawataranindita Srngga
Lancana
Dikwijayotunggadewa atau biasa dikenal dengan nama Kertajaya. Raja inilah yang
berhasil mengusir musuh musuhnya dari daerah Katang – katang berkat bantuan
rakyat Kamulan.
Berdasarkan atas
prasasti inilah ditetapkan “Hari jadi Kabupaten Trenggalek pada hari” Rabu
Kliwon “tanggal 31 bulan Agustus tahun 1194. Hari dan tanggal tersebut
dijadikan hari jadi atau hari lahirnya Kabupaten Trenggalek berdasarkan data
sejarah yang ditemui di Trenggalek, antara lain :
• Pertama :
Prasejarah daerah Trenggalek menunjukkan bahwa daerah itu telah dihuni manusia,
tetapi jaman ini bersifat masih nisbi sekali.
- Kedua Prasasti Kampak tidak jelas hari dan tanggalnya kapan Prasati itu dilaksanakan isinya.
- Ketiga Hanya Prasasti Kamulan yang memiliki informasi cukup lengkap sehingga mampulah prasasti Kamulan dijadikan tonggak sejarah lahirnya Kabupaten Trenggalek secara analitis, historis, yuridis formalyang dapat dipertanggung jawabkan.
Masa Perdikan
Dalam masa perdikan
ini dapat dikelompokkan dua liputan yakni :
a. Masa Perdikan
Hindu.
b. Masa Perdikan
Islam.
Pada masa perdikan
Hindu ditemui puing – puing percandian di daerah Trenggalek serta beberapa
benda – benda purbakala Hindu. Antara lain beberapa monogram seperti monogram
1330 caka atau 1408 Masehi yang terpahatkan dalam punggung arca wanita yang
ditemukan di Dompyong. Arca Bhima yang ditemukan di Dukuh Ngreco desa Parakan
dan kini dimuka Pendopo Kabupaten serta Arcadwarapala yang ditemukan dikaki
Gunung Kambe Desa Watulimo. Penemuan tadi merupakan koleksi benda purba yang
diidentifikasi pada jaman Majapahit akhir pembuatannya. Jadi jelas padamasa
perdikan hindu ini Trenggalek mengalami masa Kediri sampai dengan Majapahit.
Bukti lain yang memperkuat pendapat ini yaitu dengan ditemukannya ambang pintu
candi dan sebuah yoni yang digali dari Desa Sukorame Kecamatan Gandusari.
Disekitar pondok pesantren Hidayatul Tholab-pun banyak dijumpai puing puing
percandian dan arca arca, antara lainnya dua buah kepala kala, arca ganesya dan
balok – balok batu berkas percandian. Malahan dapat diperkirakan dengan jelas
bahwa prasasti Kamulanpun dipendam didaerah ini. Setelah masa perdikan Hindu,
datang dan berkembang Agama Islam yang menyebabkan banyak sekali perdikan
perdikan Hindu yang langsung dijadikan Perdikan Islam.
Sayang sekali
mengenai jaman Islam awal ini di Trenggalek tidak ditemui informasi yang
memadai. Meskipun demikian satu hal yang tak dapat dilupakan bahwa Menak Sopal
perlu diangkat sebagai figur sejarah pemula penyebar Agama Islam di Trenggalek,
yang banyak perhatiannya dalam bidang pertanian. Ternyata pada peninggalan
kompleks makam Bagong yang sampai kini diyakini dan dipercayai masyarakat
Trenggalek tentang pembuatan Dam Bagong oleh Menak Sopal, terdapat suatu bukti
– bukti yang berupa makam Menak Sopal dan istrinya yang tergores pada nisannya
sebuah candra sangkala. Candra Sangkala tadi berbunyi “Sirnaning Puspita
Cinatur Wulan”, dengan arti sirna merupakan ungkapan dari makam, dan merupakan
tempat orang meninggal maka bernilai 0 (nol). Sedangkan bunga bernilai 9
(sembilan) dan karena bunga ini berdaun mahkota empat menimbulkan kata cinatur
yang nilainya 4 (empat), candra yang berarti bulan bernilai 1( satu), akibatnya
angka tahun itu bila dibaca dari belakang ialah 1490 caka atau 1568 Masehi.
Data tersebut mnunjukkan bahwa masuknya agama islam di Trenggalek sekitar abad
XVI, pada waktu kerajaan pajang diperintah oleh Sultan Hadiwijaya. Bagaimana
keadaan Trenggalek pada masa Perdikan Islam ini kurang dapat dipaparkan, seolah
olah masa itu masih tertutup oleh tabir misteri yang perlu dikuakkan pada masa
– masa yang akan datang.
Trenggalek awal
lalu digabungkan
Sejarah Kabupaten
Trenggalek memang unik, hal ini tercermin dalam periodisasinya yang pernah
mengalami masa penggabungan. Periode Trenggalek awal yang mengetengahkan
perkembangan dinamika Poleksosbud Trenggalek + 1830 M sampai 1932 yang
dilanjutkan dengan masa Trenggalek digabungkan yang meliputi awal Proklamasi
sampai Revolusi Fisik.
Trenggalek Awal
Yang dimaksud
dengan Trenggalek awal ialah masa dimana patut dibedakan pemerintahan timbul
tenggelam yang mengemudikan Kabupaten Trenggalek. Peristiwa sebelum 1830 yang
menggoncangkan pulau jawa adalah peristiwa pembunuhan penduduk Cina di Batavia
secara besar-besaran yang dilaksanakan oleh VOC pada tanggal 10 Oktober 1940
yang dikenal dengan nama perang Pacino atau geger Pacinan. Akibatnya Mas
Garendi yang bergelar Sunan Kuning membantu penduduk cina dan mengadakan pemberontakan
menyerang Kartasura pada 30 Juni 1742. Akibat dari pemberontakan ini Sultan
Paku Buwana II terpaksa melarikan diri ke Ponorogo.
Dengan bantuan
Bupati Mertodiningrat dari Ponorogo Sunan Paku Buwana II berhasil menumpas
pemberontakan Mas Garendi mengakibatkan putra Bupati Mertodiningrat diangkat
sebagai Bupati Trenggalek yang pertama pada tahun 1743. Bupati Trenggalek
pertama inilah yang bernama Sumotruno.
Bupati Sumotruno
digantikan oleh saudaranya sendiri Bupati Jayanegara yang merangkap penguasa tunggal
di Sawo Ponorogo. Waktu perang Mangkubumen, penguasa Trenggalek adalah Ngabei
Surengrana yang pada awalnya membantu Mas Said kemudian berganti haluan
menggabungkan diri dan mengikuti jejak Sultan Hamengkubuwana I. Pada akhir
peperangan Mangkubumen yang mencetuskan perjanjian Giyanti pada 13 Pebruari
1755 mengakibatkan Trenggalek dibagi menjadi dua bagian,
Bagian Timur
termasuk wilayah Ngrawa dan bagian barat dan selatan termasuk Kabupaten
Pacitan. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya tugu perbatasan dari batu
yang terdapat didesa gayam Kecamatan Panggul. Baru pada tahun 1830 setelah
Perang Diponegaran selesai, daerah Trenggalek langsung menjadi milik Belanda.
Susunan tata pemerintahan pada waktu itu tidak banyak diketahui hanya dapat
diperkirakan kalau tidak terlampau jauh bedanya dengan daerah – daerah wilayah
Kerajaan Mataram yang lain.
Pada tahun 1942
Bupati Trenggalek Raden Tumenggung Mangkunagoro meninggal dan digantikan oleh
Raden Tumenggung Aryakusuma Adinoto yang sejak awalnya menjabat sebagai Bupati
Besuki. Raden Tumenggung Aryakusuma Adinoto pada tahun 1943 dipindahkan ke
berbek daerah Nganjuk, sehingga jabatan Bupati Trenggalek masa ini lowong.
Untuk mengisi kekosongan ini diangkatlah Raden Ngabei Joyopuspo yang pada
awalnya menjabat sebagai patih Trenggalek menjadi Bupati Trenggalek dengan
Raden Tumenggung Pusponagoro. Tidak selang lama Raden Tumenggung Pusponagoro
wafat, sebagai gantinya diangkatlah wedono Tulungagung, Raden Gondokusumo
menantu Bupati Tulungagung sebagai Bupati Trenggalek dengan gelar Tumenggung
Sumoadiningrat pada tahun 1845 M.
Trenggalek
Digabungkan
Sejak tahun 1926
telah diadakan perubahan pemerintahan oleh pihak Belanda. Perubahan ini di
Trenggalek dilaksanakan pada tahun 1935, sejak saat ini Trenggalek digabungkan,
sebagian daerahnya dimasukkan Kabupaten Tulungagung dan sebagian lainnya
dimasukkan Kabupaten Pacitan. Akibatnya hal ini sama dengan pada masa sebelum
Kabupaten Trenggalek awal.
Penggabungan ini
menyebabkan Trenggalek kurang mendapat perhatian. Dengan demikian keadaan
Trenggalek tidak dapat dicatat. Trenggalek pada masa revolusi fisik ditandai
dengan masuknya daerah ini kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Berita
masuknya Trenggalekkedalam negara kesatuan Republik Indonesia meskipun secara
tidak resmi telah terdengar secara lisan dan tersebar serta didengar oleh
seluruh penduduk desa – desa Trenggalek.
Dalam masa ini
Trenggalek juga mendapat perhatian dari pembesar pembesar negara antara lain :
Menteri Agama Kyai
Haji Masjkur yang didampingi oleh Mr. Sunaryo sebagai sekjen Depag.Datang pula
Menteri Dalam Negeri Drs. Susanto Tirtoprodjo,SH serta Menteri Negara dr,
Sukiman Wiryosandjojo yang sampai didaerah Trenggalek dengan jalan kaki.
Panglima Besar
Jendral Sudirmanpun pernah dua kali mengunjungi Trenggalek. Kunjungannya yang
terakhir pada tanggal 24 januari 1949 menuju desa Nglongsor.
Sekitar Konferansi
Meja Bundar yang membuahkan Pemerintah Republik Indonesia Serikat imbasnya
terasa pula di Trenggalek. Hal ini dapat diketahui dengan adanya serah terima
kekuasaan yang dilakukan Mukardi, R. Roestamadji dan Sukarlan dari pihak RI di
Trenggalek dengan Mayor Cronn dan Karis Sumadi sebagai wakil pihak Belanda.
Dengan demikian selesailah masa penggabungan di Trenggalek yang dipenuhi oleh peristiwa
peristiwa duka dan lara. Namun berkat nama Tuhan Yang Maha Esa fajar telah
menyingsing dan Trenggalek mengalami masa cemerlang serta masa pembangunan demi
tercapainya Keagungan Bangsa dan Negara.
Trenggalek Wibawa
Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945 menjunjung seluruh wilayah Indonesia menjadi wilayah yang
merdeka dalam kesatuan dan persatuan dengan Negara Republik Indonesia. Secara
formal Kabupaten Trenggalek timbul kembali berdasarkan SK. Presiden tahun 1950
Nomor 20 yang ditandai oleh Presiden saat sebagai Presiden RI yang termasuk
dalam Negara Republik Indonesia Serikat.
Perjalanan roda
sejarah tidak pernah henti akibatnya Trenggalekpun mengalami Pemerintahan Orde
Lama dan Trenggalek wibawa dalam pembangunan. Dari Undang – Undang Nomor 20
tahun 1950 dapat diketahui bahwa Trenggalek dinyatakan sebagai Kabupaten yang
terdiri dari Kawedanan Trenggalek, Kampak, Karangan dan Panggul. Pada awalnya
Notosugito Patih Tulungagung diangkat sebagai Bupati Trenggalek.
Sesudah Notosugito
Trenggalek diperintah Oleh R.Lantip sebagai acting Bupati di Trenggalek sejak
tanggal 8 Agustus 1950 sampai 27 Desember 1950 yang pada saat itu sudah
terbentuk DPRS, untuk pertama kalinya jabatan ketua dipegang oleh R. Oetomo.
Semenjak tanggal 27 Desember 1950 Muprapto menduduki kursi Bupati Kabupaten
Trenggalek yang berakhir pada tanggal 21 januari 1958. penggantinya R. Abdul
Karimdiposastro memerintah sejak tanggal 1 Desember 1958 sampai dengan 1 Juni
1960.
Bupati R. Abdul
Karimdiposastro didampingi oleh R. Supangatprawironoto selaku Kepala Daerah
Trenggalek. Masa orde lama diakhiri dengan masa pemerintahan Bupati
Budikuntjahjo yang diamankan oleh Negara karena tersangkut peristiwa G 30
S/PKI.
Demikianlah
beberapa peristiwa yang dapat dicatat dalam masa Orde Lama.Antara tanggal 1
oktober 1945 sampai 31 januari 1967 Kabupaten Trenggalek diperintah oleh Bupati
Hardjito yang merupakan perintis Orde Baru didaerah Trenggalek. Pada tahun 1967
Bupati Muladi menggantikan Bupati Hardjito, saying sekali Bupati Muladi hanya
memerintah antara tanggal 1 pebruari 1967 sampai 1 oktober 1968.
Semenjak tahun 1967
Trenggalek dipimpin oleh Bupati Sutran yang gigih berusaha memotivitir penduduk
Trenggalek agar lebih giat melipat gandakan produksi pertanian
Wasana Kata
Dalam mengikuti
peristiwa perjalanan hidup manusia – manusia Trenggalek yang terkait dalam
putaran roda sejarah Kabupaten Trenggalek maka kini sampailah pada wasana kata
yang akan mengakhiri Kitab Petunjuk Singkat Sejarah Kabupaten Trenggalek ini. Dari
hasil penelitian, penelusuran, pengolahan dan penyusunan Kabupaten Trenggalek
dapatlah kini disimpulkan bahwa :
1. Trenggalek telah
dihuni oleh manusia – manusia purba sebagai nenek moyang sejak jaman
Prasejarah.
2. Jaman Prasejarah
diakhiri pada tahun 851 caka atau 929 Masehi dengan diketemukannya Prasasti
Kampak yang melahirkan Perdikan Kampak. Sebagai anugrah Simaparasima dari Raja
Pu Sindok Isyana Tunggadewa sebagai hadiah pada masyarakat Trenggalek.
3. Perdikan Kampak
disusul dengan timbul dan memantabnya Perdikan Kamulan yang lahir pada tanggal
31 Agustus 1194 dengan demikian secara yuridis formal Kabupaten Trenggalek
lahir pada tanggal 31 Agustus 1194 hari Rabu Kliwon.
4. Keadaan
geeografis Trenggalek memiliki beberapa keistimewaan yang tak dimiliki oleh
daerah lain, sehingga meelahirkan goresan sejarah yang berbeda pula dengan
daerah lain. Akibatnya daerah ini selalu menjadi “terugval basis”. Karena itu
tepat sekali bila daerah ini bernama “TRENG GALE” yang kemudian karena perubahan
gejala bahasa maka menjadi “TRENGGALEK”.
Dengan demikian
patutlah bila terjilma cita cita Trenggalek Wibawa yang tak kenal mundur untuk
terus membangun. Hal ini jelas terungkap dalam sirat dan suratan Lambang
Trenggalek yang berbunyi : “JWALITA PRAJA KARANA”. Karena itu sebagai doa dan
harapan yang mengakhiri Kitab Kecil ini tercetus sasanti : “Jaya Wijayagung
Mandraguna Trenggalek Jayati”.
Sejarah Trenggalek
dan Pemerintahannya.
Berdasar pada Kitab
Babon Sejarah Trenggalek, Kabupaten Trenggalek telah dihuni manusia sejak
ribuan tahun yang lalu, yaitu pada jaman pra-sejarah. Hal itu dapat dibuktikan
dengan telah ditemukannya artifak-artifak jaman batu besar seperti: Menhir,
Mortar, Batu Saji, Batu Dakon, Palinggih Batu, Lumpang Batu dan lain-lain.
Benda-benda tersebut tersebar di daerah-daerah yang terpisah yang dimungkinkan
di daerah tersebut adalah jalur perjalanan manusia Pemula. Berdasar data
tersebut disimpulkan bahwa, perjalanan manusia Pemula berasal dari Pacitan
menuju ke Wajak Tulungagung dengan melalui jalur:
• Dari Pacitan
menuju Wajak melalui Panggul, Dongko, Pule, Karangan dan menyusuri sungai
Ngasinan menuju Wajak Tulungagung.
• Dari Pacitan
menuju Wajak melalui Ngerdani, Kampak, Gandusari dan menuju Wajak Tulungagung.
• Dari Pacitan
menuju Wajak dengan menyusuri Pantai Selatan Panggul, Munjungan, Prigi, dan
akhirnya menuju ke Wajak Tulungagung.
Menurut HR VAN
KEERKEREN, Homo Wajakensis (manusia purba wajak) hidup pada masa plestosinatas,
sedangkan peninggalan-peninggalan manusia purba Pacitan berkisar antara 8.000
hingga 23.000 tahun yang lalu. Sehingga, disimpulkan bahwa pada jaman itulah
Kabupaten Trenggalek dihuni oleh manusia.
Walaupun banyak
ditemukan peninggalan manusia purba, untuk menentukan kapan Kabupaten
Trenggalek terbentuk belum cukup kuat karena artifak-artifak tersebut tidak
ditemukan tulisan. Baru setelah ditemukannya prasasti Kamsyaka atau tahun 929
Masehi, dapat diketahui bahwa Trenggalek pada masa itu sudah memiliki
daerah-daerah yang mendapat hak otonomi / swatantra, diantaranya Perdikan
Kampak berbatasan dengan Samudra Indonesia di sebelah Selatan yang pada waktu
itu wilayahnya meliputi Panggul, Munjungan dan Prigi. Disamping itu, disinggung
pula daerah Dawuhan dimana saat ini daerah Dawuhan tersebut juga termasuk
wilayah Kabupaten Trenggalek. Pada jaman itu tulisan juga sudah mulai dikenal.
Setelah
ditemukannya Prasasti Kamulan yang dibuat oleh Raja Sri Sarweswara
Triwikramataranindita Srengga Lancana Dikwijayatunggadewa atau lebih dikenal
dengan sebutan Kertajaya (Raja Kediri) yang juga bertuliskan hari, tanggal,
bulan, dan tahun pembuatannya, maka Panitia Penggali Sejarah menyimpulkan bahwa
hari, tanggal, bulan, dan tahun pada prasasti tersebut adalah Hari Jadi
Kabupaten Trenggalek.
Sejarah Singkat
Pemerintahan
Seperti halnya
daerah-daerah lain, di jaman itu Kabupaten Trenggalek juga pernah mengalami
perubahan wilayah kerja. Beberapa catatan tentang perubahan tersebut adalah
sebagai berikut:
• Dengan adanya
Perjanjian Gianti tahun 1755, Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua, yaitu
Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Wilayah Kabupaten Trenggalek
seperti didalam bentuknya yang sekarang ini, kecuali Panggul dan Munjungan,
masuk ke dalam wilayah kekuasaan Bupati Ponorogo yang berada di bawah kekuasaan
Kasunanan Surakarta. Sedangkan Panggul dan Munjungan masuk wilayah kekuasaan
Bupati Pacitan yang berada di bawah kekuasaan Kasultanan Yogyakarta.
• Pada tahun 1812,
dengan berkuasanya Inggris di Pulau Jawa (Periode Raffles 1812-1816) Pacitan
(termasuk didalamnya Panggul dan Munjungan) berada di bawah kekuasaan Inggris
dan pada tahun 1916 dengan berkuasanya lagi Belanda di Pulau Jawa, Pacitan
diserahkan oleh Inggris kepada Belanda termasuk juga Panggul dan Munjungan.
• Pada tahun 1830
setelah selesainya perang Diponegoro, wilayah Kabupaten Trenggalek, tidak
termasuk Panggul dan Munjungan, yang semula berada dalam wilayah kekuasaan
Bupati ponorogo dan Kasunanan Surakarta masuk di bawah kekuasaan Belanda. Dan,
pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Panggul dan Munjungan
memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi pemerintahan
Kabupaten versi Pemerintah Hindia Belanda sampai disaat dihapuskannya pada
tahun 1923.
Alasan atau
pertimbangan dihapuskannya Kabupaten Trenggalek dari administrasi Pemerintah
Hindia Belanda pada waktu itu secara pasti tidak dapat diketahui. Namun
diperkirakan mungkin secara ekonomi Trenggalek tidak menguntungkan bagi
kepentingan pemerintah kolonial Belanda.
Wilayahnya dipecah
menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu Bupati di Panggul masuk
Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah Pembantu Bupati Trenggalek, Karangan
dan Kampak masuk wilayah Kabupaten Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun
1950.
Dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek menemukan bentuknya kembali
sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata Administrasi Pemerintah Republik
Indonesia.
Saat yang
bersejarah itu tepatnya jatuh pada seorang Pimpinan Pemerintahan (acting
Bupati) dan seterusnya berlangsung hingga sekarang. Seorang Bupati pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda yang terkenal sangat berwibawa dan arif bijaksana
adalah MANGOEN NEGORO II yang terkenal dengan sebutan KANJENG JIMAT yang
makamnya terletak di Desa Ngulankulon Kecamatan Pogalan.
Menurut bukti
administrasi yang ada di Bagian Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, nama-nama
Bupati yang pernah menjabat di Kabupaten Trenggalek adalah:
• Jaman Trenggalek
Awal
1. Sumotruno
(menjabat tahun 1793)
2. Djojonagoro
(menjabat tahun …)
3. Mangoen Dirono
(menjabat tahun …)
4. Mangoen Negoro I
(menjabat tahun 1830)
5. Mangoen Negoro
II (menjabat tahun … – 1842)
6. Arjokusumo
Adinoto (menjabat tahun 1842 – 1843)
7. Puspo Nagoro
(menjabat tahun 1843 – 1845)
8. Sumodiningrat
(menjabat tahun 1845 – 1850)
9. Mangoen Diredjo
(menjabat tahun 1850 – 1894)
10. Widjojo
Koesoemo (menjabat tahun 1894 – 1905)
11. Poerba Nagoro
(menjabat tahun 1906 – 1932)
• Jaman Trenggalek
Manunggal. Dengan manunggalnya
kembali wilayah Pembantu Bupati di Panggul dengan wilayah Pembantu Bupati di
Trenggalek, Karangan dan Kampak, maka pada jaman itu Trenggalek merupakan
daerah Administrasi dalam arti mempunyai wilayah kekuasaan sendiri dan tidak
bergabung dengan daerah Kabupaten lainnya. Adapun Bupati yang pernah menjabat
pada masa itu hingga sekarang adalah:
1. Noto Soegito
(menjabat tahun 1950)
2. R. Latif
(menjabat tahun 1950)
3. Muprapto
(menjabat tahun 1950 – 1958)
4. Abdul Karim Dipo
Sastro (menjabat tahun 1958 – 1960)
5. Soetomo Boedi K.
(menjabat tahun 1965)
6. Hardjito
(menjabat tahun 1965 – 1967)
7. Muladi (menjabat
tahun 1967 – 1968)
8. Soetran
(menjabat tahun 1968 – 1974)
9. Much. Poernanto
(menjabat tahun 1974 – 1975)
10. Soedarso
(menjabat tahun 1975 – 1985)
11. Haroen Al
Rasyid (menjabat tahun 1985 – 1990)
12. Drs. H. Slamet
(menjabat tahun 1990 – 1995)
13. Drs. H. Ernomo
(menjabat tahun 1995 – 2000)
14. Ir. Mulyadi WR
(menjabat tahun 2000 – 2005)
15. Soeharto
(menjabat tahun 2005 – 2010)
16. Ir. Mulyadi WR
(menjabat tahun 2010 – sekarang)
Sebelumnya
mohon maaf jika postingan di atas mungkin ada kurang lebihnya karena saking
pengenya kami sebagai warga Trenggalek untuk mengetahui sejarah
berdirinya Kabupaten Trenggalek, dan postingan ini juga kami ambil dari
berbagai sumber terkusus saya sampaikan terimakasih untuk penulis di
blog sedulur saya kangyutrenggalek yang telah menambah pengetahuan terkusus untuk saya pribadi dan ini saya lanjutkan dengan harapan bisa juga menambah wawasan bagi para pembaca kususnya generasi penerus Kabupaten Trenggalek.
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Berdirinya Trenggalek"
Posting Komentar