Jawa Adalah Pusat Kebudayaan Dunia !
2 Agu 2011
Tambah Komentar
Penelitian dalam rangka mencari fosil nenek moyang manusia di Sangiran sudah dimulai sejak 1893 oleh penelitiEugene Dubois. Dia menemukan fosil manusia purba di Trinil, Ngawi, Jawa Timur, yang dinamakan Pithecanthropus Erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak.
Orang Jawa
Orang Jawa adalah sebutan bagi orang yang tinggal di Jawadwipa
atau dipulau Jawa pada dulu kala.Pada saat ini yang dinamakan orang
Jawa adalah penduduk yang menghuni di pulau Jawa bagian tengah dan timur
yang disebut suku bangsa Jawa dan anak keturunannya .Pada umumnya
mereka masih melestarikan budaya, adat istiadat warisan nenek moyangnya
dan berbicara bahasa Jawa.Kebanyakan anak keturunan orang Jawa yang
tinggal diluar “tanah Jawa” seperti di Jakarta dan daerah maupun negara
lain, meski masih melestarikan atau akrab dengan budaya leluhurnya,
sudah tidak lagi berkomunikasi dengan bahasa Jawa, mereka menggunakan
bahasa Indonesia.
Harus diberi acungan jempol bahwa semua
suku bangsa yang bermacam-macam di Indonesia, menjunjung tinggi rasa ke-
Indonesia-an ,sebagai satu rumpun bangsa yang bersatu. Terlahir sebagai
bangsa Indonesia sudah terpatri didalam lubuk hati yang terdalam sejak
kelahiran ditanah air tercinta Indonesia, tidak peduli apa suku
bangsanya. Rasa kepatriotan kesukuan tidak ada, yang ada adalah patriot
Indonesia !
Dalam
masyarakat multikultural Indonesia yang pluralistis, budaya, adat
istiadat bermacam daerah dilestarikan dan dikembangkan untuk
disumbangkan kepada Indonesia merdeka yang bersatu, bernaung dibawah
kibaran bendera pusaka Merah Putih.
Masa Pra-Sejarah
Dalam khasanah Arkeologi, nama Java Man
sudah tidak asing lagi, ini menunjuk kepada nenek moyang orang Jawa
dikala purba. Situs manusia purba di Indonesia, pulau Jawa adalah di
Sangiran yang terbelah sisi utara dan selatan karena dilewati aliran Kali Cemoro yang mengalir dari Gunung Merapi menuju ke Bengawan Solo. Bagian utara termasuk wilayah Desa Krikilan, Sragen, sedangkan yang belahan selatan masuk Desa Krendowahono, Karanganyar.
Penelitian di Sangiran dilanjutkan kembali secara intensif sejak 1930 oleh J.P. van Es dan 1934 oleh GHR von Koenigswald. Tidak kurang dari seribu alat-alat dari batu buatan manusia yang pernah tinggal disini diketemukan.
Alat dari batuan kaldeson yang dipecahkan
itu bisa dipergunakan untuk memotong, menyerut dan untuk meruncingkani
tombak. Oleh von Koenigswald alat-alat itu disebut alat serpih dari Sangiran –The Sangiran Flake Industry.
Meganthropus Paleojavanicus,
manusia purba yang punya fosil rahang atas yang ukurannya besar
diketemukan ditahun 1936. Selanjutnya ditahun 1937 diketemukan fosil
manusia purba yang dinamakan Pithecanthropus Erectus. Penemuan spektakuler ini melibatkan banyak peneliti kondang dari manca negara dan para ahli Indonesia seperti R.P. Soejono, Teuku Yacob, S.Sartono, Hari Widianto dll.
Juga ikut terlibat berbagai lembaga
peneliti seperti American Museum of National History,
Biologisch-Archaelogisch Institut, Groningen, Tokyo University, Padova
University, National d”Histoire Naturelle, Paris, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional,
Balai Arkeologi Yogyakarta dll.
Pemerintah RI telah menetapkan daerah
Sangiran seluas 56 km2 sebagai Daerah Cagar Budaya. Pada 5 Desember
1996, Situs Sangiran oleh Unesco dinyatakan sebagai Warisan Budaya Dunia , World Heritage List No. 593, dengan nama Sangiran Early Man Site, Situs Hunian Manusia Purba Sangiran.
Menurut penelitian geologis, Situs
Sangiran sudah muncul 3( tiga) juta tahun lalu dan merupakan perbukitan
dengan struktur kubah ditengahnya, disebut Sangiran Dome.
Sekitar 1.8 hingga 1 juta tahun lalu
,daerah Jawa Tengah dan Timur merupakan lembah ,yang sebelah selatan
dibatasi Gunung Selatan, sebelah utara oleh Gunung Kendeng. Lembah itu
sebagian besar berupa danau dan rawa-rawa. Disebelah timur lembah berupa
lautan. Ditengah lembah ada gunung a.l. Gunung Lawu Purba dan
Gunung Wilis.
Pada saat itulah mulai muncul kehidupan manusia purba disekitar rawa-rawa dan muara sungai Cemoroyang bersumber di Gunung Merapi. Homo Erectus yang dikenal sebagai Java Man tinggal disekitar sungai Cemoro sekarang dan kehidupannya berkembang terus dengan diketemukannya ribuan alat-alat batu.
Selain fosil manusia purba, juga diketemukan fosil-fosil binatang purba seperti : Gajah, Banteng, Kerbau, Rusa, Kuda Nil – hippopotamus dll.Kuda Nil Sangiran ini ukuran besar dan beratnya duakali lipat dari kuda Nil yang ada sekarang ini!
Temuan fosil manusia, binatang dan peralatan batu yang jumlahnya ribuan bisa dilihat di Musium Sangiran.
Perkembangan budaya dari manusia purba
menjadi manusia modern berjalan dalam kurun waktu yang sangat lama. Ini
adalah uraian dari segi ilmiah mengenai keberadaan orang Jawadan anak
keturunannya yang menghuni pulau ini sejak dahulu kala.
Orang Jawa dari sudut pandang kebatinan
Pulau Jawa mulai kelihatan dihuni
manusia yang lebih maju peradabannya sejak 10.000. –sepuluh ribu tahun
sebelum Masehi dan mulai agak ramai pada 3.000 –tigaribu tahun sebelum
Masehi. Disaat itu kehidupan mulai mengelompok , sumber makanan mulai
diperhatikan, tanaman mulai diurusi, selanjutnya dibudidayakan dengan
sederhana sawah yang dialiri air.Keberadaan lahan, air, bibit tanaman
dan pakan tidak menjadi masalah, karena sumbernya kaya dan luas dan
penghuni masih sangat sedikit.
Muncul nama anak benua Jawata, Kepulauan
Sweta Dwipa, Nusantara dan Jawa Dwipa yang adalah pulau Jawa. Nama
penghuni pulau Jawa adalah orang Jawa.
Dibumi Jawa ,nama itu punya arti dan
maksud yang penting. Nama pasti mempunyai arti dan mengandung makna dan
harapan. Misalnya orang tua yang menghendaki anaknya selalu selamat,
maka anaknya dinamai Slamet atau Sugeng, atau Rahayu. Supaya anaknya
bijak dinamai Wicaksono, ingin waskita dinamai Waskita. Ingin anak
perempuan yang cantik bagai bidadari ,diberi nama seperti nama bidadari
seperti Ratih, Nawangwulan, Laksmi dll. Ingin supaya anak laki-laki yang
macho, berwatak satria, diberi nama Satria atau nama-nama satria dalam
wayang seperti : Arjuna, Bimo, Sadewo dll.
Nama-nama tempat dan rumah/gedung tentu diberi nama yang bagus, terutama bagus artinya, tetapi juga enak diucapkannya.
Hal ini merupakan kebiasaan yang lain dengan orang Inggris misalnya ,yang mengatakan : What is in a name? Apa artinya sebuah nama?
Hal ini merupakan kebiasaan yang lain dengan orang Inggris misalnya ,yang mengatakan : What is in a name? Apa artinya sebuah nama?
Dibab Jawadwipa telah disebutkan bahwa wong atau tiyang Jawa artinya keturunan dewa.
Pangiwo dan Panengen
Dalam Kejawen ada istilah Pangiwo dan Panengen. Pangiwo artinya kiwo, sebelah kiri, tempat yang sepi, tempat nya suksma, alam Kadewatan. Hidupnya dinamakan Sang Hyang Nurcahyo, berupa sinar gemilang, masih berada dialam gaib, belum punya piranti untuk hidup didunia, karena tidak punya badan fisik.
Panengen artinya sebelah kanan, tidak sepi, sudah mulai kelihatan. Ini perlambang kehidupan badan raga. Dimulai sejak berujud wiji,
benih yang berada digua garba ibu, dalam pertapaan sembilan bulan
mendapatkan sari makanan melalui usus yang berpusat dipusar ibu, siap
muntuk lahir dan hidup didunia luar.
Tanah Jawa
Ada tanah Jawa atau tanah Jawi, maksudnya : ta- sira, kamu,anda ;nah dari mrenah artinya bertempat tinggal di Jawa atau Jawi – njawi
artinya diluar, dijagat ini. Anda sudah tidak tinggal lagi dialam
gaib,alam kadewatan, alam suksma, kini kamu tinggal diluar, dijagat ini.
Jadi sebenarnya hidup manusia dibumi ini
tidak memisahkan kehidupan suksmanya yang berasal dari alam gaib dan
kehidupan raganya didunia ini. Suksma dan raga selalu melekat tak
terpisahkan dalam diri seorang manusia.Persatuan suksma dan raga dalam
keadaan sempurna, sinkron. Kalau satu hari ,raganya rusak, maka suksma
akan kembali lagi kealam asalnya, yang disebut alam suksma, alam gaib,
alam kadewatan.
Jadi semakin terbuka jelas ajaran
spiritual Jawa, bahwa suksma itu hidup langgeng, abadi, yang rusak itu
raga. Oleh karena itu ada ungkapan kebatinan : Asal mula bali marang
mula-mula, yang artinya suksma, roh kembali kelam asalnya, ke haribaan
Tuhan.
Orang Jawa memang senang mengungkap
sesuatu dengan perlambang ,dengan simbol-simbol. Bagi mereka yang belum
biasa, bisa terjebak dalam menangkap artinya, karena ditafsirkan secara
harafiah.
Arti kata Jawa
Menurut Prof. Mr. Hardjono.almarhum , Guru Besar Universitas Gaja Mada,ditahun 1980-an mengatakan kepada penulis mengenai arti Jawa atau Jawi dari sudut pandang kebatinan.Begini katanya : Dimas, banyak orang yang sebenarnya tidak mengerti arti kata Jawa atau Jawi. Ja itu artinya lahir dan wi
artinya burung., jadi seperti burung, manusia itu harus melewati dua
tahapan untuk menjadi manusia sempurna..Pertama terlahir sebagai telur,
baru kemudian terbuka menjadi burung. Beliau tidak mau menjelaskan
artinya yang jelas, membiarkan penulis mencari sendiri.
Ditahun 1984, dalam kaitan mendalami ajaran Kejawen, penulis bertemu dengan seorang pinisepuh yang pengetahuan Kejawennya sangat mumpuni, namanya Bapak Drs.S. Prawirowardoyo, Kol.Purn.AD.
Dari beliau mendapat penjelasan lagi tentang arti kata Jawa.
Dikatakannya bahwa orang Jawa itu baru sempurna hidupnya, kalau sudah
dilahirkan dua kali. Yaitu pertama lewat gua garba ibu dan kedua
kalinya setelah sempurna Ilmu Sejatinya.Penulis mengerti arti dari
kalimat tersebut, tetapi tidak punya bayangan, bagaimana terjadi
kelahiran kedua itu. .
Jangan sekadar percaya
Beliau hanya tersenyum, tidak mau
menjawab rasa penasaran saya dan berkata : Nak Mas, jangan begitu saja
percaya kepada saya. Sebagai orang Jawa, Nak Mas harus mengalami sendiri
pengalaman spiritual, sebelum percaya. Itu hukum yang berlaku didunia
kebatinan/spiritual. Jadi jangan percaya kepada jarene, kata orang, tetapi harus mengalami sendiri!
Baru setelah sepuluh tahun dari pertemuan
ini, saya baru mengerti dengan sesungguhnya ,apa yang dimaksud dengan
“kelahiran kedua” oleh orang kebatinan.
Selain itu, para ahli kebatinan
mengatakan bahwa orang Jawa itu artinya orang yang selalu manembah dan
berbakti dengan tulus kepada Gusti, Tuhan.
Dari segi Tata Krama
Dari segi tata krama, etiket pergaulan, orang Jawa itu artinya orang yang sopan . Orang yang santun disebut: njawani, kalau tidak tahu sopan santun disebut: ora njawani.
Mengenai hal tata krama,tata susila dan
budi pekerti karena menyangkut salah satu topik Kejawen yang penting,
akan dibicarakan secara terpisah.
Sumber : http://jagadkejawen.com/
Belum ada Komentar untuk "Jawa Adalah Pusat Kebudayaan Dunia !"
Posting Komentar