Seni Dan Budaya Trenggalek
17 Mei 2011
Tulis Komentar
Kesenian Trenggalek yang terkenal adalah Jaranan, yang terdapat pada semua (14) kecamatan yang ada di kabupaten Trenggalek. Bahkan
pada masing-masing kecamatan terdapat sekitar 20-30 organisasi Jaranan,
menyebar pada 159 desa. Diantara jenis Jaranan yang populer antara
lain: Jaranan Senterewe, Turonggo Yakso, Jaranan Pegon, Jaranan Breng,
dan Jaranan Campursari. Dibanding Tulungagung, keberadaan Jaranan di
Trenggalek lebih bagus. Setidaknya selama 8 (delapan) tahun terakhir ini
Festival Jaranan diselenggarakan tiap tahun, pada bulan Agustus
(biasanya tanggal 25-29), berlangsung selama 3 (tiga) malam.
Sumber : brangwetan
Diantara
jenis-jenis Jaranan tersebut, Turonggo Yakso dijadikan ikon Kabupaten
Trenggalek, karena merupakan jenis jaranan satu-satunya yang hanya ada
di Trenggalek. Selama ini jaranan ini dikembangkan di sekolah-sekolah,
tiap sekolah (SD, SMP, SMA) sudah memiliki kelompok Jaranan Turonggo
Yakso, sudah didaftarkan untuk mendapatkan Hak Cipta sebagai kesenian
khas Trenggalek. Juga sering diundang dalam even-even terhormat, seperti
dalam HUT Kodam V Brawijaya di Surabaya, yang mendatangkan tarian
massal Turonggo Yakso dengan melibatkan 220 penari yang terdiri dari
pelajar SD se-kecamatan Trenggalek. Disamping itu, peningkatan kualitas
dilakukan dengan cara mengadakan pelatihan tari Turonggo Yakso dilakukan
terhadap para utusan desa di 10 kecamatan. Diusulkan, pemerintah
bersedia membangun patung Turonggo Yakso setelah dipatenkan nanti.
Selain itu, diusulkan pula penyelenggaraan Festival Turonggo Yakso
khusus pelajar dengan memperebutkan Bupati Cup.
Tetapi pada saat
yang sama, sebetulnya kesenian bernuansa religius Islami juga tumbuh
subur di Trenggalek. Hampir setiap masjid memiliki kelompok hadrah,
setiap tahun juga diselenggarakan Festival Hadrah, juga pada bulan
Agustus (tanggal 20-23), untuk menyemarakkan HUT Kabupaten Trenggalek
tanggal 31 Agustus. Disamping itu juga ada Parade Terbang
Jidor. Nuansa Islami ini sedikit banyak dipengaruhi oleh latar belakang
Bupati dan Wakil Bupatinya, yaitu H. Soeharto dan Maksun Ismail, S.Ag,
MM.
Perhatian
pemerintah pada organisasi kesenian, antara lain ditunjukkan pada
bantuan rutin keuangan sebesar Rp 750.000 untuk setiap organisasi
kesenian yang tercatat dalam Nomor Induk Kesenian (NIK). Dengan catatan,
bantuan itu diberikan setelah organisasi yang bersangkutan mengajukan
rencana kegiatan.
Kelembagaan
kesenian di kabupaten Trenggalek secara figur terpusat pada sosok Drs.
Soeparni, M.Si, Kepala Seksi Kebudayaan Dinas P dan K, merangkap Ketua
Umum Dewan Kesenian Trenggalek (DKT) dan juga ketua Pepadi (Pedalangan)
Komcab Trenggalek. Sebelumnya, Soeparni adalah Kepala UPK (Unit
Pendidikan Kecamatan) Tugu, sejak April 2006 bertukar posisi dengan
Soekamto, Ssn, M.Ed, yang sekarang menempati jabatan Soeparni yang lama.
Menurut Soeparni,
tidak ada dana operasional khusus untuk DKT. Kegiatan yang pernah
diselenggarakan misalnya Festival Jaranan, diselenggarakan oleh Pemkab
dan dilaksanakan oleh Pramuka dan DKT selaku organisernya. Tiap Sabtu
malam (minggu terakhir) setiap bulan menggelar pertunjukan Wayang Kulit,
pergelaran Seni Hadrah, Jaranan aau Terbang Jidor. Kondisi seni teater
justru hidup di kalangan pelajar. Dalam sebuah Festival Teater SMA yang
diselenggarakan, diikuti leh 14 grup teater sekolah. Secara tertulis,
kepengurusan DKT terdiri dari: Sekretaris (Heru), Komite Musik Diatonis
(Sidik), Musik Pentatonis (Sudir), Pedalangan (Lukito), Seni Rupa (Drs.
Sunyoto), seni tari (Sutiyono), Teater (Agus Muharwanto), Sastra (Drs.
Kuncorowati). Nama-nama kepengurusan ini akan segera dirombak, terkait
dengan rencana pengunduran diri Soekarni selaku Ketua Umum karena tidak
ingin merangkap jabatan sebagai Kasi Kebudayaan.
Demikian pula
kepengurusan Pepadi, Soeparni sebetulnya menjabat sebagai Sekretaris,
namun dipercaya menggantikan posisi ketua (Sulardi) yang meninggal
dunia. Wakil Ketua dijabat Lukito. Perombakan pengurus akan dilakukan
dalam Muscab yang direncanakan berlangsung awal tahun 2007. Kelembagaan kesenian lain yang eksis di Trenggalek misalnya Ishari (Ikatan Seni Hadrah)
dengan ketua Drs. H. Rifana Jainudin, seorang anggota DPRD. Juga
Paguyuban Waranggono, ketuanya; Ibu Muniastuti dari Gandusari, Paguyuban
Pramugari Tayub dengan ketua Wakiman (Pogalan), ada juga Sanggar Seni
Rupa Cruut dan Ikatan Mahasiswa Trenggalek yang aktif mengadakan
kegiatan kesenian. Sementara Sanggar Triwida yang berpusat
di Tulungagung, banyak anggotanya yang berdiam di Trenggalek, antara
lain: Gatot Sutiono, penulis geguritan yang baru saja memenangkan Lomba
Geguritan Tingkat Jatim (2006) di Museum Mpu Tantular Surabaya. Sumber : brangwetan
Belum ada Komentar untuk "Seni Dan Budaya Trenggalek"
Posting Komentar